Jumat, 26 Juni 2020

MATERI PEMBELAJARAN KOLOID


Materi Pembelajaran 
             Pada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan air teh untuk ayah, susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid. 

            Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan maupun suspensi.Keadaan koloid bukan ciri zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, dan gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, mentega, roti; berbagai bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. (Purba, 2007: 282). A.

Pengertian Koloid. 

           Kata koloid berasal dari bahasa Yunani, kola (colla) yang berarti perekat atau lem. Koloid pertama kali diselidiki oleh Thomas Graham ketika mempelajari sifat difusi beberapa larutan yang berdifusi melalui membran kertas perkamen. Ia menemukan adanya partikel atau zat-zat yang sukar berdifusi, seperti gelatin, kanji dan putih telur, yang kemudian digolongkan sebagai koloid. Partikel koloid tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa, tetapi dapat diamati dengan mikroskop ultra. 

          Koloid merupakan campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih dimana partikel-partikel berukuran koloid tersebar/ terdispersi merata dalam zat lain. Zat yang tersebar/terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase terdispersi.Sedangkan zat yang merupakan fase kontinyu dimana partikel koloid terdispersi disebut medium pendispersi.Karena ukurannya yang terlihat terlalu kecil, maka koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa, tetapi dapat disaring dengan menggunakan mikroskop ultra, karena pori-porinya lebih kecil. 

           Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, mentega, roti; berbagai bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan koloid. Tabel. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid Dan Suspensi Larutan (dispersi molekuler) Koloid (dispersi koloid) Suspensi (dispersi kasar) Contoh: larutan gula dalam air Contoh: campuran susu dalam air Contoh: campuran tepung terigu dengan air 1.Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra 2.Partikel berukuran kurang dari 1 nm 3. Satu fase 4. Stabil 5. Tidak dapat disaring 1. Secaramakroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra 2. Partikel berukuran antara 1 nm sampai 100 nm 3. Dua fase 4. Pada umumnya stabil 5. Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra 1. Heterogen 2. Partikel berukuran lebih besar dari 100 nm 3. Dua fase 4. Tidak stabil 5. Dapat disaring B.

Jenis-jenis Koloid. 

         Suatu sistem koloid terdiri dua fase yaitu, fasa terdispersi dan fase pendispersi atau sering disebut medium pendispersi. Baik fase terdispersi maupunmedium pendispersi dapat berupa gas, cair dan padat. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. 
            Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas).Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair.Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen yang merupakan larutan, bukan koloid. Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair. 
           Berdasarkan fase terdispersinya, koloid dapat dikelompokkan menjadi 8 macam (dalam hal ini, gas dengan gas tidak dapat membentuk sistem koloid karena pencampuran gas selalu homogen). Dapat dilihat seperti yang tercantum pada Tabel.berikut: Tabel . Jenis-jenis Koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi No Fasa terdispersi Fasa pendispersi Nama Contoh 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat Aerosol padat Sol Sol padat Aerosol Cair Emulsi Emulsi padat Buih cair Buih padat Asap, debu di udara Cat , tinta Gelas berwarna, intan hitam Kabut , awan Susu, santan, minyak ikan Jelli, mutiara Buih sabun, krim kocok Karet busa, batu apung 
  • Sol adalah koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. Contoh: kanji dalam air, agar-agar dalam air, lempung (tanah liat) dalam air, tawas atau Al(OH)3 dalam air, deterjen, tinta dan cat. 
  • Aerosol - Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat. Contoh : asap yang keluar dari knalpot mobil dan cerobong industri - Jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair Contoh : kabut di daerah pengunungan, hair spray, parfum, dan cat semprot. 
  • Gel Koloid setengah kaku (antara padat dan cair) disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid yang agak padat. Contoh : agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan gel sabun. 
  • Emulsi Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair. Suatu emulsi terjadi bila terdapat dua jenis zat cair yang tidak saling melarutkan, seperti minyak dan air. • Emulsi minyak dalam air, Contoh : susu, santan, lateks • Emulsi air dalam minyak, Contoh : minyak ikan dan mayonais Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air.Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise. 
  • Buih Sistem koloid yang terdiri dari fase terdispersi berupa gas dan fase pendispersinya berupa zat cair disebut buih sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat disebut buih padat.Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen dan protein. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya, pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran dan lain-lain. 


Penggunaan Koloid. 

           Banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Adapun sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Contoh aplikasi Makanan Keju, mentega, susu, saus salad Kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun Cat Cat Kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen Pertanian Peptisida dan insektisida Farmasi Penisilin untuk suntikan Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid: 
  • Pemutihan Gula Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatom atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih. 
  • Penjernihan Air Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas {Al2(SO4)3}.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap: Gambar2. Penjernihan Air 
  • Pembentukan delta di muara sungai Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta. 
  • Mengurangi polusi udara Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap Contrell. Asap buangan itu dimasukkan kedalam ruangan bertegangan listrik tinggi sehingga menggumpal. Akhirnya gas yang keluar bebas asap dan padatan. Gambar 3. Alat Pengendap Cottrel 
  • Penggumpalan lateks Lateks adalah koloid karet dalam air berupa sol bermuatan negatif. Bila ditambahion positif, lateks akan menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan. 
  • Membantu penderita ginjal Orang yang ginjalnya tidak mampu mengeluarkan senyawa beracun dari darah, seperti urea dan keratin, disebut gagal ginjal. Orang ini dapat dibantu dengan cara dialisis yaitu pengisapan darahnya dan dialirkan kedalam alat (disebut alat cuci darah) sehingga urea serta ion-ion lain tertarik. Darah yang telah bersih dimasukkan kembali kedalam tubuh penderita. 
  • Sebagai bahan kosmetik Ada beberapa bahan kosmetik berupa padatan, tapi lebih baik bila dipakai dalam bentuk cairan.Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dalam pelarut tertentu. 


Sifat – sifat koloid. 

1. Efek tyndall 
          Efek tyndall merupakan peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Peristiwa efek tyndall dapat diamati dengan mengarahkan sinar pada sistem koloid seperti susu maka sinar akan dihamburkan oleh sistem koloid tersebut(gambar kanan). Cahaya yang melalui koloid dapat dilihat dari samping walaupun partikel koloidnya tidak kelihatan. Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dengan larutan. Peristiwa Efek Tyndall yang dapat kita amati dalam kehidupan yaitu : 
a). Sorot lampu proyektor di gedung bioskop ketika ada asap rokok. 
b). Sorot lampu mobil pada malam hari yang berkabut. 
c). Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hariyang berkabut. 
d). Langit yang berwarna merah pada sore hari. 

2. Gerak brown 
     Gerak brown merupakan gerak zig-zag (patah-patah) pada partikel koloid secara terus menerus.Ukuran partikel koloid yang cukup kecil menyebabkan tumbukan antar partikel cenderung tidak seimbang.Akibatnya, gerak partikel berubah arah menghasilkan gerak zig zag. Adanya gerak brown yang terus menerus menyebabkan partikel koloid mampu mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak terbentuk endapan. Gerak brown pertama kali diamati oleh Robert Brown (1827), sehingga disebut gerak Brown.

3. Muatan koloid. 
  • Adsorpsi Ukuran partikel yang cukup kecil menghasilkan permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap banyak partikel pada permukaannya. Penyerapan yang terjadi pada permukaan disebut adsorpsi.Adsorpsi terjadi karena adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi sehingga partikel yang menempel cenderung dipertahankan. Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap partikel bermuatan dari medium pendispersi pada permukaannnya.Sehingga partikel koloid tersebut bermuatan.Jenis muatannya tergantung pada partikel muatan yang diserap, kation atau anion.Selain mengadsoprsi ion, partikel koloid juga mengadsorpsi partikel yang tidak bermuatan.Karena permukaannya yang relatif luas, daya adsorpsi partikel koloid cukup besar. Sebagai contoh partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH)3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. 
  • Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Peristiwa bergeraknya partikel koloid ke salah satu elektroda menunjukkan bahwa partikel koloid bermuatan listrik. Partikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid. Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. 
  • Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif. Kestabilan Koloid Sifat koloid yang terpenting adalah muatan partikel koloid. Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. 

           Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, antara lain sbb: 
  1. Pemutihan Gula Tebu Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. 
  2. Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit. Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun 
  3. Penjernihan Air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Di dalam air, Aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid, senyawa ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
  4. Pencelupan serat wol, kapas dan sutera Serat yang akan diwarnai, dicelupkan dalam larutan Aluminium sulfat, Al(SO4)3dan Natrium Karbonat, NaCO3. 


4. Koagulasi

        Apabila sistem koloid dibiarkan dalam waktu tertentu, maka koloid tersebut akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Akibatnya, zat-zat terdispersi dalam sistem koloid secara perlahan-lahan akan turun ke dasar wadah, sehingga terjadi penggumpalan atau pengendapan, yang disebut Koagulasi. Lamanya koagulasi berbeda antara koloid satu dengan koloid yang lain. Proses koagulasi pada koloid dapat terjadi secara spontan atau dengan perlakuan tertentu, yaitu dengan menambahkan zat yang bermuatannya berbeda dengan muatan koloid. Akibatnya, partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk molekul besar. 
     Koagulasi dalam koloid banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti proses penjernihan air, menjernihkan larutan gula, menjernihkan larutan garam, untuk menghilangkan bau badan, asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel. 
        Koloid Pelindung Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak mengalami pengendapan(koagulasi). Koloid pelindung bekerja dengan membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini melindungi muatan koloid tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari mediumnya. Contoh koloid pelindung banyak digunakan dalam berbagai industri diantaranya adalah : 
  • Di industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-partikel minyak atau lemak dalam medium cair. 
  • Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin. 
  • Untuk mencegah terbentuknya gula atau Kristal es pada es krim digunakan gelatin. 
  • Pembuatan cat dan tinta 
  • Sabun dan detergen tergolong koloid pelindung. 


 5. Dialisis 

       Dialisis adalah suatu proses yang dapat menstabilkan ion-ion penggangu koloid. Koloid dapat dipertahankan dengan menambah sedikit elektrolit dengan konsentrasi yang tepat kedalam koloid tersebut. Bila konsentrasi elektrolit tidak tepat maka akan terbentuk ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid. 
       Untuk mencegah adanya ion pengganggu ini digunakan cara dialisis. Proses dialisis digunakan untuk memurnikan dari partikel-partikel lain yang ukurannya lebih kecil. Dalam dunia industri, teknik dialisis digunakan untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida yang terkandung dalam ubi. Sementara itu, dibidang kesehatan, prinsip dialisis digunakan pada proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal. 

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob 

     Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas Koloid liofil dan koloid liofob. Dikatakan koloid liofil(philia=suka) adalah koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya yang bersifat lebih stabil. Sedangkan Koloid liofob(phobia= takut) adalah koloid dimana tidak atau sangat lemah gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya yang bersifat kurang stabil (mudah terkoagulasi), mengadsorpsi mediumnya, bersifat reversible. 
     Bila pelarut yang digunakan air disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal ini disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara ini butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi(pengelompokkan).Contoh: protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji dan gelatin.
     Secara umum, koloid liofil mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 
  • Koloid liofil mudah mengadsorpsi mediumnya, sehingga ukuran-ukuran partikelnya dapat semakin besar. 
  • Effek tyndall dari liofil kurang jelas. 
  • Bersifat reversible, jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi, maka dapat dibuat ulang menjadi kolid dengan mudah. 
  • Mempunyai kekentalan yang lebih tinggi dari pada mediumnya. Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran zat pengemulsi (emulgator) seperti sabun untuk menyatukan minyak dan air karena memiliki ujung-ujung liofob dan liofil. Zat pengemulsi membungkus partikel hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein; sedangkan mayonaise (emulsi minyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.Contoh: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida dan sol logam. 

         Secara umum, koloid liofob memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 
  1. Koloid liofob tidak mengadsopsi mediumnya. 
  2. Effek tyndall dari koloid liofob sangat jelas. 
  3. Bersifat ireversibel, artinya jika koloid-koloid tersebut terkoagulasi, maka sukar dibuat ulang menjadi koloid. 
  4. Mudah terkoagulasi. 
  5. Mempunyai kekentalan yang relatif sama dengan kekentalan mediumnya. 

         Dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat hidrofil dan hidrofob banyak dimanfaatkan orang.Salah satunya pada proses pencucian pakaian dengan sabun atau detergen. Detergen dan sabun memiliki dua bagian utama yaitu bagian polar/ kepala yang bersifat liofil dan non-polar/ekor yang bersifat liofob. Ketika mencuci bagian liofil dari molekul sabun dan detergen tersebut akan menempel pada air. 
     Sementara itu bagian liofobnya akan menempel pada kotoran dan menarik kotoran tersebut dengan menggunakan gaya molekuler yang relativ kuat. Akibatnnya, tegangan permukaan air berkurang, sehingga air mudah meresap pada pakaian dan kotoran akan terdispersi dalam air yang membentuk suatu emulsi. 

PEMBUATAN KOLOID

       Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, koloid dapat dibuat dengan menggelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. 
Ada dua dasar pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.  

Cara Kondensasi 
      Dengan cara kondensasi, partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion). Cara kodensasi ini dapat dilakukan secara kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks. 

a. Secara Kimia 
  1. Reaksi Dekomposisi Rangkap  Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang As2O3 + 3 H2S As2S3 (koloid) + 3H2O  Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer. AgNO3 + HCl AgCl (koloid) + HNO3 
  2. Reaksi Redoks Reaksi Redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan oksidasi Reaksi Reduksi Yaitu mereduksi logam dari senyawa sehingga terbentuk agregat atom logam.  Sol Au dapat dibuat dengan mereduksi emas koloridadengan stanni klorida. 2AuCl3 + 3SnCl2 2Au (koloid) + 3SnCl4 
  3. Reaksi Oksidasi Yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas.  Sol belerang dapat dibuat dengan mengoksidasi hidrogen sulfida dengan SO2 2H2S + SO2 3S (koloid) + 2H2O 
  4. Reaksi Hidrolisis Reaksi Hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan pereaksi air.  Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garamAlCl3 dalam air mendidih AlCl3 + 3H2O Al(OH)3 (koloid) + 3HCl  Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garamFeCl3 dalam air mendidih FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl 


b. Secara Fisis 
  1. Pendinginan Melalui proses ini, suatu larutan dapat dirubah menjadi sistem koloid. Karena kelarutan suatu zat dalam larutannya dipengaruhi oleh perubahan suhu.Semakin tinggi suhu, semakin besar kelarutan suatu zat dalam larutan, dan sebaliknya.Oleh karena itu, dengan pendinginan partikel-partikel zat dapat digumpalkan menjadi partikel-partikel koloid tertentu. 
  2. Penggantian pelarut Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol.Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh.Setelah larut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. 
  3. Pengembunan uap Penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnyaair) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volumesignifikan Contoh: Uap air yang telah menguap dari teh panas terkondensasi menjadi tetesan air. Gas air tidak terlihat, tetapi awan tetesan air adalah petunjuk dari penguapan yang diikuti oleh kondensasi. 2. Cara Dispersi Dengan cara dispersi, partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya.Caranya dapat berupa cara mekanik maupun peptisasi a. Cara Mekanik Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid. Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbentuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang b. Cara peptisasi Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid. Beberapa contoh lain : - Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS - Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl - Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3 c. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektroda. Dua elektroda logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan.Kemudian kedua elektroda diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid. Jadi, cara ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

Uji Kompetensi

Silahkan mengerjakan Uji Kompetensi dengan klik link dibawah ini!
Selamat Belajar, selamat mengerjakan, semoga sukses

Tidak ada komentar:

Posting Komentar